BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah
Diabetes Mellitus (DM) merupakan
salah satu masalah kesehatan yang
berdampak
pada produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia.
Penyakit ini tidak hanya
berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu negara. Walaupun
belum ada survei nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup termasuk
pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan penderita
DM
ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa keatas pada seluruh status
sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit DM belum menempati
skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, walaupun diketahui
dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik
pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, system saraf, hati, mata dan
ginjal.
DM atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon insulin baik absolut
maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan relatif
berarti jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang.
Hormon Insulin dibuat dalam pancreas. Ada 2 macam type DM :
DM type I. atau disebut DM yang
tergantung pada insulin. DM ini
disebabkan
akibat kekurangan insulin dalam darah yang terjadi karena
kerusakan dari sel beta pancreas. Gejala yang menonjol adalah terjadinya sering kencing
(terutama malam hari), sering lapar dan sering haus, sebagian besar
penderita DM type ini berat badannya normal atau kurus. Biasanya terjadi pada
usia muda dan memerlukan insulin seumur hidup.
DM
type II atau disebut DM yang tak tergantung pada insulin. DM ini disebabkan insulin yang
ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar
insulin dapat normal, rendah atau bahkan bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk
metabolisme glukosa tidak ada/kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap
tinggi sehingga terjadi hiperglikemia, 75% dari penderita DM type II
dengan obersitas atau ada sangat kegemukan dan biasanya diketahui DM setelah
usia 30 tahun.
DM tipe 3 atau disebut Diabetes mellitus gestasional (bahasa Inggris: gestational diabetes,
insulin-resistant type 1 diabetes, double diabetes, type 2 diabetes which has
progressed to require injected insulin, latent autoimmune diabetes of adults,
type 1.5" diabetes, type 3 diabetes, LADA) atau diabetes melitus yang
terjadi hanya selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan, dengan
keterlibatan interleukin-6 dan protein
reaktif C
pada lintasan patogenesisnya.[29] GDM mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan
sekitar 20–50% dari wanita penderita GDM bertahan hidup
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atasdapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1.2.1 Apa
pengertian Diabetes Militus(DM)?
1.2.2 Apa
saja type Diabetes Militus?
1.2.3 Apa saja tanda – tanda dan gejala Diabetes Militus?
1.2.4
Apa saja faktor penyebab Diabetes Militus?
1.2.5 Bagaimana cara pengobatan dan penangan Diabetes Militus?
1.2.6 Bagaimana hubungan Diabetes Militus dengan
anggota tubuh?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah
di atas, tujuan yang dicapai
dari
penelitian ini adalah :
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian
Diabetes Militus
1.3.2 Untuk mengetahui apa saja type Diabetes Militus
1.3.3 Untuk
mengetahui apa saja tanda – tanda dan
gejala Diabetes Militus
1.2.4 Untuk mengetahui apa saja faktor penyebab
Diabetes Militus?
1.3.5 Untuk mengetahui cara pengobatan dan penangan
Diabetes Militus
1.3.6
Untuk mengetahui hubungan Diabetes Militus dengan anggota tubuh
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Diabetes Militus
Berbagai penyakit, sindrom dan simtoma dapat terpicu oleh diabetes
mellitus, antara lain: Alzheimer, ataxia-telangiectasia, sindrom Down, penyakit Huntington, kelainan mitokondria, distrofi miotonis, penyakit Parkinson, sindrom Prader-Willi, sindrom Werner, sindrom Wolfram, leukoaraiosis, demensia, hipotiroidisme, hipertiroidisme, hipogonadisme, dan lain-lain.
DM
yaitu kelainan metabolik akibat dari kegagalan pankreas untuk mensekresi
insulin (hormon yang responsibel terhadap pemanfaatan glukosa) secara adekuat.
Akibat yang umum adalah terjadinya hiperglikemia.
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau
akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart).
Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi, meningkat setelah makan dan kembali
normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah
malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya
kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang
mengandung gula maupun karbohidrat lainnya.
2.2 Type –
type Diabetes Militus
- Diabetes
tipe 1, yang meliputi simtoma ketoasidosis hingga rusaknya sel beta di dalam pankreas yang disebabkan atau
menyebabkan autoimunitas, dan bersifat idiopatik. Diabetes mellitus dengan patogenesis jelas, seperti fibrosis sistik atau defisiensi mitokondria, tidak termasuk pada
penggolongan ini.
- Diabetes
tipe 2, yang diakibatkan oleh defisiensi sekresi insulin, seringkali
disertai dengan sindrom
resistansi insulin
- Diabetes
gestasional, yang meliputi gestational impaired glucose tolerance,
dan menurut tahap klinis tanpa pertimbangan patogenesis, dibuat menjadi:
·
Insulin requiring for survival diabetes, seperti pada kasus
defisiensi peptida-C.
- Insulin requiring for control diabetes. Pada tahap ini, sekresi insulin endogenus tidak cukup untuk
mencapai gejala normoglicemia, jika tidak disertai dengan tambahan
hormon dari luar tubuh.
- Not insulin requiring diabetes.
Diabetes mellitus tipe 1
Diabetes mellitus tipe 1, diabetes
anak-anak (bahasa Inggris: childhood-onset diabetes,
juvenile diabetes, insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM) adalah
diabetes yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah
akibat hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau
Langerhans
pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Sampai saat ini IDDM tidak dapat
dicegah dan tidak dapat disembuhkan, bahkan dengan diet maupun olah raga. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan
dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu,
sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada
penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal.
Penyebab terbanyak dari kehilangan
sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas
tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
Saat ini, diabetes tipe 1 hanya
dapat diobati dengan menggunakan insulin, dengan pengawasan yang teliti
terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian darah. Pengobatan
dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal sekalipun, adalah
penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan diabetic
ketoacidosis
bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan kematian. Penekanan juga
diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan olahraga). Terlepas dari
pemberian injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan pemberian insulin melalui pump, yang memungkinkan untuk pemberian
masukan insulin 24 jam sehari pada tingkat dosis yang telah ditentukan, juga
dimungkinkan pemberian dosis (a bolus) dari insulin yang dibutuhkan pada
saat makan. Serta dimungkinkan juga untuk pemberian masukan insulin melalui
"inhaled powder".
Perawatan diabetes tipe 1 harus
berlanjut terus. Perawatan tidak akan memengaruhi aktivitas-aktivitas normal
apabila kesadaran yang cukup, perawatan yang tepat, dan kedisiplinan dalam
pemeriksaan dan pengobatan dijalankan. Tingkat Glukosa rata-rata untuk pasien
diabetes tipe 1 harus sedekat mungkin ke angka normal (80-120 mg/dl, 4-6
mmol/l. Beberapa dokter menyarankan sampai ke 140-150 mg/dl (7-7.5 mmol/l)
untuk mereka yang bermasalah dengan angka yang lebih rendah, seperti
"frequent hypoglycemic events".Angka di atas 200 mg/dl (10 mmol/l)
seringkali diikuti dengan rasa tidak nyaman dan buang air kecil yang terlalu
sering sehingga menyebabkan dehidrasi. Angka di atas 300 mg/dl (15 mmol/l)
biasanya membutuhkan perawatan secepatnya dan dapat mengarah ke ketoasidosis.
Tingkat glukosa darah yang rendah, yang disebut hipoglisemia, dapat menyebabkan
kehilangan kesadaran.
Diabetes mellitus tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 (bahasa Inggris: adult-onset diabetes,
obesity-related diabetes, non-insulin-dependent diabetes mellitus, NIDDM)
merupakan tipe diabetes mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan
metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen, termasuk yang mengekspresikan
disfungsi sel β, gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel terhadap insulin yang disebabkan oleh
disfungsi GLUT10 dengan kofaktor hormon resistin yang menyebabkan sel jaringan, terutama pada hati menjadi
kurang peka terhadap insulinserta RBP4 yang menekan penyerapan glukosa
oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah oleh hati. Mutasi gen
tersebut sering terjadi pada kromosom 19 yang merupakan kromosom terpadat
yang ditemukan pada manusia.
Pada tahap awal kelainan yang muncul
adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin, yang ditandai dengan
meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Hiperglisemia dapat diatasi dengan obat
anti diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau
mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit,
sekresi insulin pun semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang
dibutuhkan. Ada beberapa teori yang menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme
terjadinya resistensi ini, namun obesitas
sentral
diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin,
dalam kaitan dengan pengeluaran dari adipokines ( nya suatu kelompok hormon) itu
merusak toleransi glukosaObesitas ditemukan di kira-kira 90% dari pasien dunia
dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing manis. Faktor lain meliputi
mengeram dan sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir telah terus
meningkat mulai untuk memengaruhi anak remaja dan anak-anak.
Diabetes tipe 2 dapat terjadi tanpa
ada gejala sebelum hasil diagnosis. Diabetes tipe 2 biasanya, awalnya, diobati
dengan cara perubahan aktivitas fisik (olahraga), diet (umumnya pengurangan
asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan berat badan. Ini dapat memugar kembali kepekaan
hormon insulin, bahkan ketika kerugian berat/beban adalah rendah hati,, sebagai
contoh, di sekitar 5 kg ( 10 sampai 15 lb), paling terutama ketika itu ada di
deposito abdominal yang gemuk. Langkah yang berikutnya, jika perlu,, perawatan
dengan lisan [antidiabetic
drugs.
[Sebagai/Ketika/Sebab] produksi hormon insulin adalah pengobatan pada awalnya
tak terhalang, lisan ( sering yang digunakan di kombinasi) kaleng tetap
digunakan untuk meningkatkan produksi hormon insulin ( e.g., sulfonylureas) dan
mengatur pelepasan/release yang tidak sesuai tentang glukosa oleh hati ( dan
menipis pembalasan hormon insulin sampai taraf tertentu ( e.g., metformin), dan pada hakekatnya menipis
pembalasan hormon insulin ( e.g., thiazolidinediones). Jika ini gagal, ilmu
pengobatan hormon insulin akan jadilah diperlukan untuk memelihara normal atau
dekat tingkatan glukosa yang normal. Suatu cara hidup yang tertib tentang cek
glukosa darah direkomendasikan dalam banyak kasus, paling terutama sekali dan
perlu ketika mengambil kebanyakan pengobatan.
Sebuah zat penghambat dipeptidyl
peptidase 4 yang disebut sitagliptin, baru-baru ini diperkenankan untuk
digunakan sebagai pengobatan diabetes mellitus tipe 2. Seperti zat penghambat dipeptidyl
peptidase 4 yang lain, sitagliptin akan membuka peluang bagi perkembangan
sel tumor maupun kanker.
Simtoma yang terjadi pada NIDDM dapat berkurang dengan dramatis,
diikuti dengan pengurangan berat tubuh, setelah dilakukan bedah bypass
usus. Hal ini diketahui sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon inkretin, namun para ahli belum dapat
menentukan apakah metoda ini dapat memberikan kesembuhan bagi NIDDM dengan
perubahan homeostasis glukosa.
Hesperidin merupakan senyawa organik
yang banyak ditemukan pada buah jenis jeruk, sedang naringin banyak ditemukan
pada buah jenis anggur.
Diabetes mellitus tipe 3
Diabetes mellitus gestasional (bahasa Inggris: gestational diabetes,
insulin-resistant type 1 diabetes, double diabetes, type 2 diabetes which has
progressed to require injected insulin, latent autoimmune diabetes of adults,
type 1.5" diabetes, type 3 diabetes, LADA) atau diabetes melitus yang
terjadi hanya selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan, dengan keterlibatan
interleukin-6 dan protein
reaktif C
pada lintasan patogenesisnya.[29] GDM mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan
sekitar 20–50% dari wanita penderita GDM bertahan hidup.
Diabetes melitus pada kehamilan
terjadi di sekitar 2–5% dari semua kehamilan. GDM bersifat temporer dan dapat
meningkat maupun menghilang setelah melahirkan. GDM dapat disembuhkan, namun
memerlukan pengawasan medis yang cermat selama masa kehamilan.
Meskipun GDM bersifat sementara,
bila tidak ditangani dengan baik dapat membahayakan kesehatan janin maupun sang
ibu. Resiko yang dapat dialami oleh bayi meliputi makrosomia (berat bayi yang
tinggi/diatas normal), penyakit jantung bawaan dan kelainan sistem saraf pusat,
dan cacat otot rangka. Peningkatan hormon insulin janin dapat menghambat
produksi surfaktan janin dan mengakibatkan sindrom gangguan pernapasan.
Hyperbilirubinemia dapat terjadi akibat kerusakan sel darah merah. Pada kasus
yang parah, kematian sebelum kelahiran dapat terjadi, paling umum terjadi
sebagai akibat dari perfusi plasenta yang buruk karena kerusakan
vaskular. Induksi kehamilan dapat diindikasikan dengan menurunnya fungsi
plasenta. Operasi sesar dapat akan dilakukan bila ada tanda bahwa janin dalam
bahaya atau peningkatan resiko luka yang berhubungan dengan makrosomia, seperti
distosia bahu.
2.3 Tanda dan gejala Diabetes Militus
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM
atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula
darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL
dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose),
sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita kencing manis umumnya
menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh
penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih
banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga
(Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan
banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing
terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak
jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf
ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara
tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan)
lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
2.4 Faktor
penyebab Diabetes Militus
Penyakit diabetes bisa disebabkan oleh beberapa faktor
pemicu,diantaranya:
Ø
Pola makan
o
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar
kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes mellitus.
konsumsi makan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam
jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan
pastinya akan menyebabkan diabetes melitus.
Ø
Obesitas (kegemukan)
o Orang gemuk
dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memiliki peluang lebih besar
untuk terkena penyakit diabetes militus. Sembilan dari sepuluh orang gemuk
berpotensi untuk terserang diabetes mellitus.
Ø
Faktor genetis
o
Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua
kepada anak. Gen penyebab diabetes mellitus akan dibawa oleh anak jika orang
tuanya menderita diabetes mellitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya
bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.
Ø
Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
o
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang
menyebabkan radang pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi
pankreas menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses
metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang terakumulasi
dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.
Ø
Penyakit dan infeksi pada pancreas
o
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga
dapat menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi
pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses
metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan
dislipidemia dapat meningkatkan resiko terkema diabetes mellitus.
Ø
Pola hidup
o
Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab
diabetes mellitus. Jika orang malas berolah raga memiliki resiko lebih tinggi
untuk terkena penyakit diabetes mellitus karena olah raga berfungsi untuk
membakar kalori yang berlebihan di dalam tubuh. Kalori yang tertimbun di dalam
tubuh merupakan faktor utama penyebab diabetes mellitus selain disfungsi
pankreas. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, kasus diabetes di
negara-negara Asia akan naik hingga 90 persen dalam 20 tahun ke depan. “Dalam
10 tahun belakangan, jumlah penderita diabetes di Hanoi, Vietnam, berlipat
ganda. Sebabnya? Di kota ini, masyarakatnya lebih memilih naik motor dibanding
bersepeda,” kata Dr Gauden Galea, Penasihat WHO untuk Penyakit Tidak Menular di
Kawasan Pasifik Barat. Kesimpulannya, mereka yang sedikit aktivitas fisik memiliki
risiko obesitas lebih tinggi dibanding mereka yang rajin bersepeda, jalan kaki,
atau aktivitas lainnya.
Ø Teh manis
o
Penjelasannya sederhana. Tingginya asupan gula
menyebabkan kadar gula darah melonjak tinggi. Belum risiko kelebihan kalori.
Segelas teh manis kira-kira mengandung 250-300 kalori (tergantung kepekatan).
Kebutuhan kalori wanita dewasa rata-rata adalah 1.900 kalori per hari
(tergantung aktivitas). Dari teh manis saja kita sudah dapat 1.000-1.200
kalori. Belum ditambah tiga kali makan nasi beserta lauk pauk. Patut diduga
kalau setiap hari kita kelebihan kalori. Ujungnya: obesitas dan diabetes.
Ø
Gorengan
Karena
bentuknya kecil, satu gorengan tidak cukup buat kita. Padahal gorengan adalah
salah satu faktor risiko tinggi pemicu penyakit degeneratif, seperti
kardiovaskular, diabetes melitus, dan stroke. Penyebab utama penyakit
kardiovaskular (PKV) adalah adanya penyumbatan pembuluh darah koroner, dengan
salah satu faktor risiko utamanya adalah dislipidemia. Dislipidemia adalah
kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol
total, LDL (kolesterol jahat) dan trigliserida, serta penurunan kadar HDL
(kolesterol baik) dalam darah. Meningkatnya proporsi dislipidemia di masyarakat
disebabkan kebiasaan mengonsumsi berbagai makanan rendah serat dan tinggi
lemak, termasuk gorengan.
Ø
Suka ngemil
o Kita mengira
dengan membatasi makan siang atau malam bisa menghindarkan diri dari obesitas
dan diabetes. Karena belum kenyang, perut diisi dengan sepotong atau dua potong
camilan seperti biskuit dan keripik kentang. Padahal, biskuit, keripik kentang,
dan kue-kue manis lainnya mengandung hidrat arang tinggi tanpa kandungan serta
pangan yang memadai. Semua makanan itu digolongkan dalam makanan dengan
glikemik indeks tinggi. Sementara itu, gula dan tepung yang terkandung di
dalamnya mempunyai peranan dalam menaikkan kadar gula dalam darah.
Ø Kurang
tidur.
o
Jika kualitas tidur tidak didapat, metabolisme jadi
terganggu. Hasil riset para ahli dari University of Chicago mengungkapkan,
kurang tidur selama 3 hari mengakibatkan kemampuan tubuh memproses glukosa
menurun drastis. Artinya, risiko diabetes meningkat. Kurang tidur juga dapat
merangsang sejenis hormon dalam darah yang memicu nafsu makan. Didorong rasa
lapar, penderita gangguan tidur terpicu menyantap makanan berkalori tinggi yang
membuat kadar gula darah naik.
Ø
Sering stress
o
Stres sama seperti banjir, harus dialirkan agar tidak
terjadi banjir besar. Saat stres datang, tubuh akan meningkatkan produksi
hormon epinephrine dan kortisol supaya gula darah naik dan ada cadangan energi
untuk beraktivitas. Tubuh kita memang dirancang sedemikian rupa untuk maksud
yang baik. Namun, kalau gula darah terus dipicu tinggi karena stres
berkepanjangan tanpa jalan keluar, sama saja dengan bunuh diri pelan-pelan.
Ø
Kecanduan rokok
o
Sebuah penelitian di Amerika yang melibatkan 4.572
relawan pria dan wanita menemukan bahwa risiko perokok aktif terhadap diabetes
naik sebesar 22 persen. Disebutkan pula bahwa naiknya risiko tidak cuma
disebabkan oleh rokok, tetapi kombinasi berbagai gaya hidup tidak sehat,
seperti pola makan dan olahraga.
Ø
Menggunakan pil kontrasepsi
Kebanyakan pil kontrasepsi terbuat
dari kombinasi hormon estrogen dan progestin, atau progestin saja. Pil
kombinasi sering menyebabkan perubahan kadar gula darah. Menurut dr Dyah
Purnamasari S, Sp PD, dari Divisi Metabolik Endokrinologi RSCM, kerja hormon
pil kontrasepsi berlawanan dengan kerja insulin. Karena kerja insulin dilawan,
pankreas dipaksa bekerja lebih keras untuk memproduksi insulin. Jika terlalu
lama dibiarkan, pankreas menjadi letih dan tidak berfungsi dengan baik.
Ø
Keranjingan soda
o
Dari penelitian yang dilakukan oleh The Nurses’ Health
Study II terhadap 51.603 wanita usia 22-44 tahun, ditemukan bahwa peningkatan
konsumsi minuman bersoda membuat berat badan dan risiko diabetes melambung
tinggi. Para peneliti mengatakan, kenaikan risiko itu terjadi karena kandungan
pemanis yang ada dalam minuman bersoda. Selain itu, asupan kalori cair tidak
membuat kita kenyang sehingga terdorong untuk minum lebih banyak.
2.4.1 Patofisiologi
GH memang memiliki peran penting dalam metabolisme
glukosa
dengan menstimulasi glukogenesis dan lipolisis, dan meningkatkan kadar glukosa
darah dan asam lemak. Sebaliknya, insulin-like growth factor 1 (IGF-I)
meningkatkan kepekaan terhadap insulin, terutama pada otot lurik. Walaupun demikian, pada akromegali, peningkatan rasio IGF-I
tidak dapat menurunkan resistansi insulin, oleh karena berlebihnya GH.
Terapi dengan somatostatin dapat meredam kelebihan GH pada sebagian banyak orang,
tetapi karena juga menghambat sekresi insulin dari pankreas, terapi ini akan memicu komplikasi pada toleransi
glukosa.
Sedangkan hipersekresi hormon kortisol pada hiperkortisolisme yang menjadi penyebab obesitas viseral, resistansi insulin, dan dislipidemia, mengarah
pada hiperglisemia dan turunnya toleransi glukosa, terjadinya resistansi
insulin, stimulasi glukoneogenesis dan glikogenolisis. Saat bersinergis dengan kofaktor hipertensi, hiperkoagulasi, dapat meningkatkan risiko
kardiovaskular.
Hipersekresi hormon ditengarai juga
menginduksi diabetes tipe lain, yaitu tipe 1. Sinergi hormon berbentuk sitokina, interferon-gamma dan TNF-α, dijumpai membawa sinyal apoptosis bagi sel beta, baik in vitro maupun in
vivo. Apoptosis sel beta juga terjadi akibat mekanisme Fas-FasL, dan/atau hipersekresi molekul sitotoksik, seperti granzim dan perforin; selain hiperaktivitas sel T CD8- dan CD4-.
2.4.2 Komplikasi
Komplikasi
jangka panjang dari diabetes
Organ/jaringan yg terkena
|
Yg terjadi
|
Komplikasi
|
Pembuluh darah
|
Plak aterosklerotik terbentuk & menyumbat arteri
berukuran besar atau sedang di jantung, otak, tungkai & penis.
Dinding pembuluh darah kecil mengalami kerusakan sehingga pembuluh tidak
dapat mentransfer oksigen secara normal & mengalami kebocoran
|
Sirkulasi yg jelek menyebabkan penyembuhan luka yg jelek
& bisa menyebabkan penyakit jantung, stroke, gangren kaki & tangan,
impoten & infeksi
|
Mata
|
Terjadi kerusakan pada pembuluh darah kecil retina
|
Gangguan penglihatan & pada akhirnya bisa terjadi
kebutaan
|
Ginjal
|
·
Penebalan pembuluh darah ginjal
·
Protein bocor ke dalam air kemih
·
Darah tidak disaring secara normal
|
Fungsi ginjal yg buruk
Gagal ginjal
|
Saraf
|
Kerusakan saraf karena glukosa tidak dimetabolisir secara
normal & karena aliran darah berkurang
|
·
Kelemahan tungkai yg terjadi secara tiba-tiba atau secara perlahan
·
Berkurangnya rasa, kesemutan & nyeri di tangan & kaki
·
Kerusakan saraf menahun
|
Sistem saraf otonom
|
Kerusakan pada saraf yg mengendalikan tekanan darah &
saluran pencernaan
|
Tekanan darah yg naik-turun
·
Kesulitan menelan & perubahan fungsi pencernaan disertai serangan
diare
|
Kulit
|
Berkurangnya aliran darah ke kulit & hilangnya rasa yg
menyebabkan cedera berulang
|
·
Luka, infeksi dalam (ulkus diabetikum)
·
Penyembuhan luka yg jelek
|
Darah
|
Gangguan fungsi sel darah putih
|
Mudah terkena infeksi, terutama infeksi saluran kemih
& kulit
|
Jaringan ikat
|
Gluka tidak dimetabolisir secara normal sehingga jaringan
menebal atau berkontraksi
|
·
Sindroma terowongan karpal Kontraktur Dupuytren
|
2.5 Cara
pengobatan dan penanganan Diabetes Militus
Penderita diabetes tipe 1 umumnya
menjalani pengobatan therapi insulin (Lantus/Levemir, Humalog, Novolog atau
Apidra) yang berkesinambungan, selain itu adalah dengan berolahraga secukupnya
serta melakukan pengontrolan menu makanan (diet).
Pada penderita diabetes mellitus tipe 2,
penatalaksanaan pengobatan dan penanganan difokuskan pada gaya hidup dan
aktivitas fisik. Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah adalah menjadi kunci
program pengobatan, yaitu dengan mengurangi berat badan, diet, dan berolahraga.
Jika hal ini tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet
akan diperlukan. Bahkan pemberian suntikan insulin turut diperlukan bila tablet
tidak mengatasi pengontrolan kadar gula darah.
2.5.1. PERAWATAN PREVENTIF
1.
Identifikasi
Penderita membawa
keterangan tentang : jenis DM, komplikasi, regimen
Pengobatan
2. Vaksinasi
Merupakan
tindakan yang baik terutama terhadap pnemokokus dan
influensa
3. Tidak merokok
4. Deteksi
dan Penatalaksanaan hipertensi dan hiperlipidemia
5. Perawatan
kaki
2.6 hubungan diabetes
militus dengan anggota tubuh
♣ Hubungan Kesehatan Gigi dan
Diabetes Melitus
Kebanyakan orang mempunyai kebiasaan
suka makan malas sikat gigi. Tapi itu juga tidak semua. Apalagi bila orang
tersebut tahu benar dengan menjaga kesehatan gigi dapat menghindarkan tubuh
dari penyakit lainnya. Salah satu penyakit yang dapat dihindari adalah penyakit
diabetes melitus. Karena menurut studi penelitian di Amerika menunjukkan bahwa
penderita kerusakan gigi kronis bisa jadi orang tersebut pengidap penyakit diabetes
melitus tipe 2.
Pada kerusakan gigi yang parah,
bakteri dapat masuk ke aliran darah dan mengganggu sistem kekebalan tubuh. Sel
sistem kekebalan tubuh yang rusak melepaskan sejenis protein yang disebut
cytokines. Cytokines inilah penyebab kerusakan sel pankreas penghasil insulin,
hormon yang memicu diabetes. Jika ini terjadi sekali saja, walaupun orang itu
sebelumnya dalam keadaan sehat maka orang tersebut berpeluang menderita
diabetes tipe 2.
Selain itu tingginya kandungan
kolesterol dari glukosa yang dibutuhkan tubuh merupakan faktor utama pemicu
risiko diabetes bagi orang yang mengalami kerusakan gigi. Dan kolesterol rendah
dapat menolong orang sehat untuk tidak terserang problem gangguan gigi yang
mampu memicu diabetes. Untuk itu, penderita diabetes sebaiknya mengikuti diet
rendah kalori, rajin mengonsumsi obat pengatur hormon insulin dan menjaga
kesehatan gigi. Dan alangkah baiknya jika orang sehat juga ikut menjaga
kesehatan giginya agar tidak berisiko terkena diabetes.
Radang gusi adalah jenis penyakit
gigi yang paling ringan, disebabkan oleh bakteri dalam plak. Penyakit ini masih
bisa disembuhkan, tapi jika disepelekan tanpa perawatan lebih lanjut bisa
berkembang menjadi penyakit gigi yang parah juga. Plak yang menempel pada
rongga antara gusi dan gigi mampu menimpulkan infeksi dan menyebabkan kasus
serius. Bahkan pada stadium tertentu, gigi harus dicabut.
Diabetes merupakan kondisi di mana
tubuh tidak mampu meregulasi kandungan glukosa. Artinya, tekanan darah bisa
menjadi sangat tinggi. Pengobatan dengan insulin bisa membantu tubuh mengontrol
jumlah glukosa pada aliran darah.
Pada diabetes tipe 2, insulin
diproduksi sangat sedikit sehingga tidak cukup jumlahnya untuk keperluan tubuh
manusia. Biasanya hal ini sangat berpengaruh pada orang berusia di atas 40
tahun. Untuk mengatasinya dibutuhkan diet teratur dan mengonsumsi pil atau
suntikan reguler.
♣
Diabetes dan Kesehatan Mata
Diabetes adalah penyakit kompleks
yang merupakan hasil dari ketidakmampuan tubuh untuk menghasilakn insulin,
hormon yang mengatur kadar gula dalam darah, membawa gula berlebih untuk
disimpan di dalam sel dan kemudian akan digunakan jika diperlukan.
Tanpa insulin yang memadai, gula di
dalam darah akan menjadi berlebih. Analoginya seperti mobil yang penuh bensin tetapi tidak ada
kuncinya; Anda mempunyai energi untuk menggerakkan mobil, tersebut tetapi tidak
bisa menggunakannya dengan maksimal.
Diabetes dialami oleh lebih
dari 16 juta warga Amerika. Sebagian besar kasus yang dialami adalah diabetes
onset dewasa, yang biasanya mengenai individu berusia lebih dari 40 tahun.
Salah satu faktor risiko termasuk riwayat keluarga yang menderita diabetes dan
kelompok etnis tertentu. Keturunan Afrika, Amerika asli, Jepang, Latin ataupun
Polinesia lebih tinggi risikonya.
Komplikasi umum penderita
diabetes adalah penyakit mata akibat diabetes. Salah satunya adalah glaukoma.
Komplikasi lainnya termasuk retinopati dan katarak. Retinopati diabetik adalah
penyakit yang merusak pembuluh darah kecil pada retina (jaringan yang peka
cahaya yang berjajar di belakang mata) yang sering dijumpai pada penderita
diabetes. Selama masa hidup mereka, sekitar 16 juta penderita diabetes akan
mengalami berbagai tingkatan retinopati diabetik dan setidaknya 25.000 menjadi
buta tiap tahunnya. Katarak adalah pengaburan lensa mata yang mengakibatkan
pudarnya penglihatan normal. Penderita diabetes mempunyai risiko hampir dua
kali mengalami katarak dibandingkan yang lainnya.
Katarak juga mempunyai kecenderungan
terjadi pada usia yang lebih muda. Hubungan antara diabetes dengan glaukoma
sudut-terbuka (tipe glaukoma yang paling umum) telah membangkitkan minat para
peniliti selama bertahun-tahun. Penderita diabetes mempunyai risiko dua kali
terkena glaukoma daripada individu non-diabetes, meskipun beberapa penelitian
baru-baru ini telah mempertanyakan hal ini. Yang lebih menarik lagi, kemungkinan
seseorang yang mempunyai glaukoma sudut terbuka kemudian menderita diabetes
ternyata lebih tinggi dibandingkan individu yang tidak mempunyai penyakit mata.
Glaukoma neovaskuler, tipe glaukoma yang jarang selalu dikaitkan dengan
abnormalitas yang lain, diabetes adalah yang paling sering. Pada beberapa kasus
retinopati diabetes, pembuluh darah pada retina menjadi rusak. Retina kemudian
memproduksi pembuluh darah baru yang abnormal.
Glaukoma neovaskuler dapat
terjadi jika pembuluh darah yang baru tumbuh pada iris (bagian berwarna pada
mata), menutup cairan pada mata dan meningkatkan tekanan pada mata. Glaukoma
neovaskuler adalah penyakit yang sulit untuk diobati. Salah satu pilihan adalah
bedah laser untuk mengurangi pembuluh darah abnormal pada permukaan iris dan
retina.
Komplikasi pada mata
adalah hal yang umum terjadi pada penderita diabetes, penting bagi penderita
diabetes untuk memeriksakan kesehatan mata mereka secara rutin. Institusi Mata
Nasional (National Eye Institute) merekomendasikan penderita diabetes untuk
memeriksakan mata mereka setahun sekali.
♣ Diabetes dan luka pada bagian kaki
Ulkus atau
luka kaki dapat menjadi masalah yang sangat serius bagi penderita diabetes.
Penting untuk menyembuhkan ulkus secepatnya.
Kerusakan saraf pada diabetes dapat mengurangi nyeri sehingga ulkus kaki kadang
tidak menimbulkan rasa nyeri jadi sering diabaikan. Sejalan dengan waktu ulkus
kaki atau gejala-gejala penyakit dapat merusak kaki secara serius.
Ulkus adalah
luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir. Ulkus bisa dikatakan
kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman
saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan
salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer.
Ulkus kaki diabetes (UKD) merupakan komplikasi yang berkaitan dengan morbiditas
akibat diabetes mellitus.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari makalah yang saya buat, dapat
ditarik kesimpulan bahwa penyakit Diabetes
Militus (DM) ini sangat brrbahaya dan menakutkan. Banyak sekali faktor yang
menyebabkan seseorang menderita penyakit Diabetes Militus. Seperti conohnya,
Obesitas(berat badan berlebih),faktor genetis, pola hidup yang tidak sehat
(jarang berolah raga), kurang tidur, dan masih banyak yang lainnya.
3.2 Saran
Adapun saran bagi pembaca dari
makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Selalu
berhati – hatilah dalam menjaga pola
hidup. Sering berolah raga dan istirahat yang cukup
2. Jaga pola
makan anda. Jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan atau minuman yang
terlalu manis. Karena itu dapat menyebabkan kadar gula melonjak tinggi.